Percayakah Anda jika ada cerita bahwa mayat masih bisa bergerak meski sudah dikubur selama setahun? Kisah-kisah ini tidak hanya ada di film atau buku horor, tetapi di dunia nyata. Bukan virus yang menyebabkan mayat menjadi zombie, melainkan melalui proses penguraian.
Peneliti juga telah menyelidiki pergerakan jenazah, meski telah terkubur lebih dari setahun. Bagaimana penjelasan ilmiahnya?
Bagaimana proses pembusukan mayat manusia?
Biasanya ada proses dekomposisi saat beberapa menit setelah seseorang meninggal. Ketika jantung berhenti berdetak, sel-sel dalam tubuh mulai kekurangan oksigen. Enzim mulai mencerna membran sel dan kemudian bocor ketika sel rusak.
Proses ini biasanya dimulai di hati yang kaya akan enzim, dan juga di otak yang kaya akan air. Akhirnya, semua jaringan dan organ lain mulai tidak berfungsi.
Sel darah yang rusak mulai mengalir keluar dari pembuluh darah yang pecah. Gravitasi menyebabkan sel darah yang rusak mengendap di kapiler dan pembuluh darah kecil, mengubah warna kulit mayat.
Suhu tubuh mulai turun, setelah itu rigor mortis (mayat kaku) juga terjadi pada kelopak mata, otot rahang, leher, sebelum akhirnya mencapai bagian tubuh lainnya. Otot juga menjadi kaku, persendian menjadi tersumbat.
Bagaimana tubuh bisa bergerak meski sudah mati?
Peneliti mempelajari proses pembusukan pada mayat karena faktor alam, seperti penyakit. Mereka menemukan bahwa mayat itu masih bisa bergerak, tanpa bantuan dan mengubah posisinya di dalam kubur.
Penyidik forensik sering berpikir bahwa ketika mereka menemukan mayat dalam posisi tertentu, ada kesimpulan bahwa mayat itu memang mati dalam posisi yang sama di mana ditemukan. Bahkan, jenazahnya masih bisa bergerak jauh meski sudah setahun meninggal.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jasad pria yang meninggal secara alami. Penelitian menegaskan bahwa tidak ada hewan yang bisa menyentuh tubuh mayat. Ini memastikan bahwa tidak ada gerakan mayat ketika hewan mencoba memakannya.
Tim peneliti terus memotret proses pembusukan selama lebih dari 17 bulan dan menemukan bahwa sisa-sisa itu masih bisa bergerak sendiri. Pada awal penyelidikan, para peneliti meletakkan tangan mayat di sebelah tubuh. Namun 17 bulan kemudian, tangan mayat itu bergeser ke sisi lain.